Beranda | Artikel
Majelis Nasihat: Tidak Cukup Dengan Pengakuan Semata
Jumat, 29 November 2013

th

Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata:

Islam yang sahih pada masa sekarang ini adalah terasing. Adapun islam yang hanya sekedar pengakuan, maka lihatlah jumlah umat Islam sekarang ini. Jumlah mereka lebih dari 1 milyar. Meskipun demikian Islam yang sahih itu telah mengalami keterasingan.

Karena seandainya jumlah 1 milyar umat ini mereka berada di atas Islam yang sahih/jernih niscaya tidak ada seorang pun [umat manapun] di dunia ini yang berani menghadapi mereka!! Lihatlah, orang-orang Yahudi -yang mereka itu adalah saudara dari kera-kera dan babi-babi- suatu kaum yang telah ditimpakan kepada mereka kerendahan dan kehinaan [oleh Allah]. Bukankah saat ini mereka ‘menguasai’ berbagai negeri kaum muslimin.

Bandingkanlah dengan kaum muslimin yang bersama dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat perang Badar. Ketika itu jumlah mereka hanya sekitar tiga ratus belasan orang. Saksikanlah apa yang berhasil mereka lakukan?

Para sahabat dibandingkan dengan seluruh penduduk bumi; berapa jumlah mereka? Meskipun demikian [yaitu mereka sedikit, pent], mereka berhasil menaklukkan berbagai kota dan negeri. Mereka pun berhasil menundukkan Kisra dan Kaisar.

Mereka sanggup untuk memimpin seluruh dunia. Hal itu dikarenakan mereka berada di atas Islam yang sahih/jernih dan lurus, bukan Islam yang berhenti pada pengakuan belaka.

[lihat Syarh Tafsir Kalimah at-Tauhid, hal. 32]

Imam al-Barbahari rahimahullah berkata dalam Kitabnya Syarh as-Sunnah:

Ketahuilah, bahwa Islam itu adalah Sunnah, dan Sunnah itulah Islam. Tidak akan bisa tegak salah satunya apabila tidak dibarengi dengan [bagian] yang lain.

[lihat Da’aa’im Minhaj an-Nubuwwah, hal. 207]

Oleh sebab itu tidaklah berlebihan jika kita katakan, bahwa ahlul Islam yang sejati adalah Ahlus Sunnah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata ketika menerangkan maksud dari istilah Ahlus Sunnah:

Mereka itu adalah orang-orang yang berpegang-teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka itu pula yang berpegang-teguh dengan apa-apa yang telah disepakati oleh generasi terdepan dan pertama-tama dari umat ini yaitu kaum Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

[lihat Da’aa’im Minhaj an-Nubuwwah, hal. 208]

Syaikhul Islam juga berkata:

Apabila kebahagiaan dunia dan akhirat itu adalah dengan mengikuti jalan para rasul, maka menjadi perkara yang dimaklumi bahwasanya orang-orang yang paling layak untuk masuk ke dalam jajaran mereka ini adalah orang-orang yang paling mengerti tentang jejak-jejak/ajaran para rasul dan paling gigih dalam mengikutinya.

Oleh sebab itu orang-orang yang berilmu tentang ucapan dan perbuatan mereka serta mengikuti ajaran mereka itu; mereka itulah sesungguhnya orang-orang yang akan meraih kebahagiaan yang hakiki di segala masa dan tempat. Mereka itulah kelompok yang selamat dari setiap penganut millah, mereka itu adalah orang-orang yang berpegang-teguh dengan Sunnah [ajaran Nabi] dan pengikut setia hadits diantara umat ini.

[lihat Da’aa’im Minhaj an-Nubuwwah, hal. 215]

Imam al-Auza’i rahimahullah berkata:

Sabarkanlah dirimu di atas Sunnah. Berhentilah dimana saja kaum [salaf] itu berhenti. Ucapkan sebagaimana apa yang telah mereka ucapkan. Tahanlah dirimu dari hal-hal yang mereka menahan dirinya dari hal itu. Dan tempuhlah jalan pendahulumu yang salih. Karena sesungguhnya akan membuatmu lapang apa-apa yang membuat mereka lapang.

[lihat Da’aa’im Minhaj an-Nubuwwah, hal. 224]

Imam Syafi’i rahimahullah memuji salafus shalih dengan ucapannya:

Mereka -para pendahulu yang salih, pent- adalah berada di atas kita dalam segala bidang ilmu dan akal, demikian pula dalam hal agama dan keutamaan. Mereka lebih utama daripada kita dalam hal setiap sebab guna menggapai ilmu dan sebab meraih hidayah. Dan pendapat mereka itu bagi kami lebih baik daripada pendapat kami bagi diri kami sendiri.

[lihat Da’aa’im Minhaj an-Nubuwwah, hal. 246]

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah mengatakan:

Pokok-pokok Sunnah dalam pandangan/keyakinan kami adalah berpegang teguh dengan ajaran Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, berusaha meneladani mereka, dan meninggalkan bid’ah-bid’ah.

[lihat Da’a’im Minhaj Nubuwwah, hal. 47-48]

Imam Abul Qasim at-Taimi rahimahullah berkata:

Syi’ar Ahlus Sunnah adalah komitmen mereka untuk ittiba’ kepada salafus shalih dan meninggalkan segala ajaran yang bid’ah dan diada-adakan.

[lihat Fashlu al-Maqal fi Wujub Ittiba’ as-Salaf al-Kiram, hal. 49]

Imam Abu ‘Ubaid rahimahullah berkata:

Seorang yang setia mengikuti Sunnah laksana orang yang menggenggam bara api. Dan pada masa ini, aku memandang bahwa hal itu jauh lebih utama daripada menyabetkan pedang dalam jihad fi sabilillah.

[lihat Tarajim al-A’immah al-Kibar, hal. 79]

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata:

Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun kecuali mereka mengada-adakan bid’ah padanya dan mematikan sunnah. Sehingga merajalela lah bid’ah dan matilah sunnah-sunnah.

[lihat al-I’tisham [1/39]]

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:

Apabila aku melihat salah seorang As-habul Hadits seolah-olah aku sedang melihat salah seorang Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah memberikan balasan terbaik untuk mereka. Mereka telah menjaga dalil (hadits) untuk kita. Oleh sebab itu kita sangat berhutang budi kepada mereka.

[lihat Tarajim al-A’immah al-Kibar, hal. 63]

Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata:

Para malaikat adalah penjaga langit sedangkan ashabul hadits adalah penjaga bumi.

[lihat Manaqib al-Imam al-A’zham Abi ‘Abdillah Sufyan bin Sa’id ats-Tsauri, hal. 31]

Ahmad bin Sinan al-Qaththan rahimahullah berkata:

Tidaklah ada di dunia ini seorang ahli bid’ah kecuali dia pasti membenci ahli hadits. Maka apabila seorang membuat ajaran bid’ah niscaya akan dicabut manisnya hadits dari dalam hatinya.

[lihat Da’a’im Minhaj Nubuwwah, hal. 124]

ar-Rabi’ mengatakan:

Aku mendengar Syafi’i mengatakan, “Apabila kalian mendapati di dalam kitabku sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ikutilah hal itu dan tinggalkan pendapatku.”

[lihat Tarajim al-A’immah al-Kibar, hal. 55]

Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata:

Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi umat manusia daripada hadits.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/majelis-nasihat-tidak-cukup-dengan-pengakuan-semata/